Hal yang sejatinya ingin aku bagi sekarang hanyalah sebuah
ketidakmampuanku dalam menanggalkan kepecundanganku terhadap apa yang aku
impikan. Seakan itu hanyalah impian yang sifatnya semu, namun pada dasarnya
ituah yang paling aku inginkan saat ini. Tidak, itu yang paling aku inginkan
semenjak 8 bulan yang lalu dan berakhir hampa begitu saja dalam beberapa minggu
yang lalu.
Ini semua tentang impian, keputusan, dan kepecundangan. Aku
tidak pernah sekalipun menyangka bahwa aku akan mengalami distorsi terhadap apa
yang telah aku pikirkan dalam dalam sejak lama. Bagai tersangkut kawat dengan
tegangan listrik yang tinggi, aku hanya bisa menggigil dan meringis terhadap apa
yang telah aku putuskan terhadap masa depanku. Dan semua berawal pada hari
itu…..
Entah apa yang aku pikirkan dan aku menungkan pada siang
yang kelabu itu, aku tersenyum pahit mengingat betapa bodohnya diriku yang
telah memutuskan untuk mundur dari pertarungan. Apa aku terlalu hiperbolis
a.k.a melebih lebihkan kepecundangan yang aku alami…? Kalian bisa menilainya
sesaat lagi jika masih bernafsu untuk membaca tulisan ini.
6 bulan lamanya selalu ku pandangi halaman web itu. Masih
situs itu, tak beranjak sedikitpun. Setiap hari, setiap waktu bila itu
terlintas dalam benakku, aku akan berselancar dan mengakses situs yang entah
beberapa bulan yang lalu menjadi situs favoritku. Kalian tahu apa….? Silahkan
ketik “Monbukagakusho” di Google dan bukalah situs pertama/ paling atas di
halaman pertama yang muncul. Setelah itu coba tebak apa yang selama ini tergayut
di dalam pikiran ku…
Ya, sebuah impian. Aku yang selama ini memimpikan untuk
bersekolah di negeri matahari terbit itu, aku yang selama ini memimpikan untuk
melihat langsung keindahan sakura mekar pada musim semi, aku yang selama ini
memimpikan untuk melihat langsung puncak fuji yang selau diselimuti salju
abadi, aku yang selama ini memimpikan berjalan di tengah kerumunan orang orang
pekerja keras yang aku berharap agar tertular akan semangat mereka yang
selalu mengatakan “Ganbarimasu!” atau “ganbatte kudasai!”, dan aku yang selama
ini memimpikan untuk menimba ilmu cabang keteknikan bangunan/sipil di negri
yang sering di landa gempa tersebut, adalah sama dengan aku yang beberapa
minggu yang lalu memutuskan untuk menarik diri dari perjudian dan mencoba
berseikap realistis terhadap diri sendiri. Sebuah ironi yang aku renungi di
lautan keputus asaan.
Aku benar benar memimpikannya pada saat itu. Sudah
kujelaskan bahwa setiap hari selama 6 bulan aku selalu mengakses situs itu dan
berharap pendaftaran untuk keberangkatan tahun berikutnya telah dibuka. Setiap
hari yang dapat aku lakukan hanya tersenyum pahit, namun malah seperti diberi
sebuah boost setiap kali membukanya seakan semangat ku untuk kesana semakin
menggebu.
5 Mei 2014, hari yang selama 6 bulan aku tunggu akhirnya
datang. Ya, pendaftaran telah dibuka dan tanpa basa basi, tanpa pikir panjang
aku langsung mendaftarkan diri jalur Online terlebih dahulu.aku mengalami
kesulitan karena tidak bisa mengakses Link untuk program D3, dan tanpa sengaja
aku terdaftar di program S1 dan itu langsung terkonfirmasi ke alamat emailku. Aku
segera mengirim email balasan untuk menanyakan apakah aku bisa menggantinya di
program D3. Dan aku mendapat balasan, “Silahkan” aku sangat bergembira
membacanya.
Alasan aku ingin mendaftarkan diri pada program D3 adalah
karena saingannya tidak sebanyak S1. Dan aku juga berpikir bahwa orang-orang
dengan kemampuan otak diatas rata-rata juga akan saling sikut dalam pendaftaran
program S1. Bukannya tidak pede akan kemampuanku, aku memilih mencari jalan
aman. Aku mengkalkulasikan peluang ku untuk dipanggil ikut tes tertulis. Dan peluangku
lebih besar pada D3. Begitulah. Kemudian bersama satu orang teman aku mengirim
formulir pendaftara sebanyak 7 lembar dalam B.inggris ke kantor kedubes jepang
di Indonesia bagian pendidikan. Aku begitu lega saat itu. Dan berdebar debar
setelahnya mengingat aku telah membuat langkah pertama. Aku berdoa semoga aku
dipilih untuk mengikuti tes tertulis pada 2 bulan berikutnya, karena tidak
semua pelamar yang mengirim berkas akan dipanggil untuk mengikuti tes tertulis.
1 bulan berlalu setelah itu. Dan dalam periode 1 bulan itu
saya hanya bermalas-malasan sambil menatap layar Hp ku. Aku telah memasuki masa libur dalam perkuliahan
pada saat itu dan aku menemukan web yang sangat menarik. Fanfiction.net. berjam jam bahkan berhari hari ku pandangi dan
ku baca satu persatu cerita yang nangkring disitu dan itu sangat memuaskan
untuk dibaca. Imajinasiku benar benar melayang jauh dibuatnya.
Aku tidak sempat mempersiapkan diri untuk tes tertulis. Walaupun
aku telah mengkalkulasikan peluangku untuk dipanggil mengikuti tes, namun aku
masih bermalas malasan dalam periode liburan. Aku juga menunggu hasil
penjurusan dari kampusku dan itu benar benar membuatku berdebar debar. Beberapa
hari setelahnya aku sungguh sangat senang melihat hasil pengumuman nahwa aku
terjuruskan pada prodi Teknik Sipil di kampus yang ada di jalan Ganesha no 10
bandung itu, sesuai cita-citaku. Beberapa hari kemudianaku pulang kekampung
halamanku di Padang Panjang(Sumatera Barat) karena momen mendekati Ramadahan
tentunya dengan membawa kabar gembira untu orang tua tercinta.
Hampir satu bulan aku dirumah. Dan yang aku pandangi di
layar Hp ku setelahnya adalah hasil pengumuman bagi pelamar yang akan dipanggil
untuk mengikuti ujian tulis setelahnya. Aku langsung mengecek untuk program D3.
Dan sesaat setelahnya aku dibuat kecewa karena tidak menemukan namaku tertulis
disana. Iseng iseng, coba ku lihat untuk program S1 untuk melihat hasil
temanku. Dan aku hanya membulatkan mata lebar lebar setelahnya setelah
mengetahui bahwa namaku terdaftar untuk program S1, tidak seperti yang aku
harapkan.
Ini benar benar sulit bung. Maksudku, ya aku sungguh sangat sulit
untuk membuat keputusan setelahnya. Pertimbangannya adalah, jika aku mengikuti
tes tulis untuk S1 maka aku akan menghadapi 4 ujian mata pelajaran. Sedangkan pada
D3 hanya 2 mata pelajaran. Dan aku malah terdaftar di S1 seperti yg tidak aku
harapkan, ditambah lagi aku tidak mempersiapkan apa-apa, dan itu semua
benar-benar membuatku membenturkan kepala ke dinding tanda frustasi tingkat
dewa.
Aku harus membuat keputusan sulit setelahnya. Mencoba mempertimbangkan
masak masak untuk menghadapi tes tersebut yang akan diadakan di Medan yang dari
kampung halamanku sekitar 20 jam dengan Bus. Aku mengingat kembali masa-masa
begitu mendamba kesempatan ini selama 6 bulan. Aku mengingat kembali semangatku
yang berkobar setelah mendengar kata “Monbukagakusho”, Aku mengingat kembali
tentang keinginanku untuk berkuliah di jepang. Namun, sesaat setelahnya
semuanya sirna dipatahkan oleh kata kata yang tergayut di benakku yang berbunyi
“Kau benar benar tanpa persiapan, Niatmu juga sudah mulai memudar, tidak ada
gunanya kau ikut tes, semua akan sia sia dan hanya akan menghabiskan biaya”
Kalimat itu yang membawaku ke jurang kefrustasian setelahnya.
Aku benar benar tenggelam di dasar yang paling dalam. Mencoba bangkit dari rasa
bersalah atas diriku sendiri, karena akulah yang paling bertanggung jawab atas
diriku sendiri.Aku telah mengikhlaskan semuanya beberapa hari kemudian. Benar
benar ikhlas, mencoba menghibur diri bahwa biarpun tidak sekarang aku berangkat
ke jepang, setidaknya aku akan memburu beasiswa S2 ke sana. Bahkan jika harus
memakai uang sendiri, aku akan tetap berusaha untuk mengeyam pendidikan tinggi
disana. Setidaknya untuk gelar Magister, bahkan Doctor ataupun Profesor
sekalipun.
Ya, InsyaAllah….
Sesaat kemudian aku menjadi seorang author dengan karya
pas-pasan yang mencoba menghibur diri di dunia Fanfiction. Baru 2 bulan aku
kenal dunia ini, 1 bulan membaca berbagai karya dan meneliti berbagai aspeknya,
bulan selanjutnya aku mencoba membuat karya sendiri. Dan berbagai respon para
pembaca benar benar membuatku senang. Setidaknya hari liburku tidak terbuang
sia-sia. Hei, aku telah mengasah kemampuan menulisku yang pas-pasan dan menunjukkan
karyaku untuk dikomentari oleh orang orang. Yang penting aku mendapati Hobiku
yang sekarang dan akan terus menekuninya,
MENULIS!